Obat Hati Hari Ini
|Beberapa saat lalu, saya sempat tanyakan adakah di antara teman-teman di FB yang mengetahui siapa pencipta lirik lagu “Tombo Ati”. Sebagian besarnya menjawab “Sunan Bonang”. Dari beberapa kajian, memang ada versi yang berbeda mengenai siapa sebenarnya penulis lagu legendaris ini.
Tapi, saya tidak akan menjurus ke bahasan itu. Sebab, ada hal lain yang lebih penting.
Yakni, karena ia lagu, sebagai produk budaya, ia mudah untuk dikonsumsi, dicerna, bahkan digetoktularkan. Jauh sebelum ada istilah viral, kita umumnya menggunakan istilah getok tular.
Begitulah cara kerja dan efek viral. Suatu ide, yang awalnya hanya diketahui oleh kalangan terbatas, karena mewabah ia pun meluas hingga menembus ruang dan waktu. Lagu, sekali lagi sebagai produk budaya, menggunakan mekanisme yang sama. Dan, di sinilah menariknya lirik lagu “Tombo Ati”.
Sejatinya, lagu “Tombo Ati” adalah amal-amal sholih yang sudah umum dikenal di masyarakat. Lebih jauh, “Tombo Ati” berisi 5 praktik ibadah sunnah muakkad. Persisnya, ketika kita menjalankan kelima praktik ibadah ini, kita akan memperoleh pengaruh dari proses pengobatan, penyembuhan, hingga penyehatan dan penguatan.
Kenapa saya sebut demikian?
Sebelum masuk ke poin itu, ijinkan saya mengajak kita mengenali kembali apa bunyi lirik “Tombo Ati”. Menariknya, meski aselinya lagu ini ditulis dalam format bahasa Jawa, di momen-momen reliji seperti Ramadhan -lagu ini kemudian meledak tenar dalam versi bahasa Indonesia.
Yuk kita dendangkan bersama…
tombo ati iku limo perkarane
kaping pisan moco Qur’an lan maknane
kaping pindo sholat wengi lakonono
kaping telu wong kang sholeh kumpulono
kaping papat kudu weteng ingkang luwe
kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
salah sawijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah nyembadani
obat hati ada lima perkaranya
yg pertama, baca Qur’an dan maknanya
yang kedua, sholat malam dirikanlah
yg ketiga, berkumpullah dengan orang sholeh
yg keempat, perbanyaklah berpuasa
yg kelima, dzikir malam perpanjanglah
salah satunya siapa bisa menjalani
moga-moga Gusti Allah mencukupi
Dari lagu ini, kita beroleh resep untuk mengobati, menyembuhkan, menyehatkan, hingga menguatkan hati kita.
Kenapa kok berfokus ke hati? Sebab, dalam bahasan Tazkiyatun Nufus, Penyujian Jiwa, apalagi saat mendalami bab “Niat”; amalan hati perlu sangat ditata. Hati, perlu kita jaga, sebelum beramal, saat beramal, dan sesudah beramal.
Tindakan evaluasi diri ini, bisa sangat “menyiksa” jika kita membandingkan diri dengan prilaku para generasi pendahulu agama ini. Yang paling mudah ditemui, periksalah kembali nasihat Umar bin Khattab RA. berikut, “Hisablah dirimu, sebelum masa hisab (Hari Perhitungan) itu hadir”. Dalam konteks saat ini, hisab tidak cukup diwakili oleh kata hitung, ukur; malah mungkin saja yang dimaksud oleh Umar bin Khattab itu -dalam bahasa manajemen kekinian- adalah audit. Duh, betapa beratnya meng-audit diri: sebelum, saat, dan sesudah sebuah perilaku kebaikan.
Dari poin niat ini saja, terasa benar kenapa kita butuh obat. Belum lagi, ketika kita bicara proses lanjutan dari niat. Untuk sementara kita cukupkan di situ. Sadar atau pun tidak, setiap kita butuh obat. Obat, tidak hanya untuk proses penyembuhan. Lebih dari itu, ada obat kuat. Ada obat (pen)subur.
Maka, lagu “Tombo Ati” ini hadir sebagai solusi yang anggun. Anggun, karena ia mudah dicerna. Anggun, sebab ia mudah mewabah. Anggun, sebab dengan dinyanyikan, diharapkan ia menggerakkan pendengarnya untuk bertindak. Dengan cara apa? Tepatnya, melakukan lima laku amal sholih ini.
1. Baca Al-Quran dan maknanya
2. Mendirikan sholat malam
3. Bergaul dalam lingkaran kebaikan
4. Berpuasa (sunnah)
5. Dzikir malam
Saya menduga, ini masih hipotesa pribadi saja, pencipta lagu ini pastinya seorang yang memiliki pemahaman mendalam mengenai agama Islam. Jika bicara spesialisasi, pasti beliau mengerti bahasan tentang “Tazkiyatun Nafs”.
Beliau juga mengerti bagaimana menyesuaikan konsep agama dengan kondisi umat, lalu menciptakan sarana/media untuk menyebarluaskannya. Lebih jauh, pada awalnya beliau pasti mendiagnosa apa yang terjadi di tengah masyarakat.
Lalu berupaya memecah berbagai problema itu agar sesuai dalam kadar, dosis, dan prioritas penanganannya.
Di ujungnya, beliau mengkodekan sarana-sarana penyucian jiwa itu dan merangkainya dalam baris-baris kalimat. Tak cukup di situ, masuklah sentuhan cinta -dalam aspek seni keindahan- beliau rancang dalam lirik dan nada yang mempesona. Hingga kini, melampaui batas usia pembuatnya.
Selamat menerapkan “tombo ati”.